MAKALAH KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA (BAHASA INDINESIA)

DISUSUN OLEH:
RAHMA DESI TRIA PUTRI
NPM.166410262

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang “Kalimat dalam Bahasa Indonesia”. Dan juga saya berterima kasih kepada Ibu Fenny Anita, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Islam Riau. Makalah ini disusun sebagai tambahan pengetahuan pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga dapat menambah wawasan kita.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan. Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


                                                                                    Pekanbaru,    September 2016

                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                                           i
DAFTAR ISI                                                                                                                          ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                     1
1.1  LATAR BELAKANG                                                                                               1
1.2  RUMUSAN MASALAH                                                                                          1
1.3  TUJUAN PENULISAN                                                                                            2
BAB II PEMBAHASAN                                                                                                      3
2.1  PENGERTIAN KALIMAT                                                                                       3
2.2  UNSUR-UNSUR KALIMAT                                                                                   3
2.3  POLA KALIMAT DASAR                                                                                       5
2.4  JENIS KALIMAT                                                                                                      7
2.5  KALIMAT EFEKTIF                                                                                                13
BAB III PENUTUP                                                                                                               18
3.1  KESIMPULAN                                                                                                          18
3.2  KRITIK DAN SARAN                                                                                             18
DAFTAR RUJUKAN                                                                                                            19


PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Bahasa adalah sarana berfikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Secara lisan maupun tulisan kita tidak menggunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi kita menggunakan kata-kata sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang dinamakan kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Kalimat merupakan salah satu unsur utama tata bahasa yang dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan faktor utama dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena perantara kalimat. Karena peran kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksud dari apa yang ingin disampaikannya. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat.
Dalam sebuah karangan kita menjumpai banyak penulisan kalimat yang tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, dan tidak logis. Akibatnya, pembaca sukar untuk mengerti atau dapat memahami isi dari karangan tersebuit. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat dengan segala permasalahannya.

1.2    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2.    Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
3.    Apa saja jenis-jenis kalimat?
4.    Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?



1.3    Tujuan Penulisan
1.    Menjelaskan pengertian kalimat.
2.    Menjelaskan bagaimana bentuk pola kalimat dasar.
3.    Menjelaskan jenis-jenis kalimat.
4.    Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat efektif.



PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Kalimat

Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan kalimat untuk beromunikasi. Dengan kalimat kita dapat mengekspresikan diri kita, kita juga dapat bertanya dengan menggunakan kalimat, dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan dengan menggunakan kalimat. Berikut ini adalah beberapa pengertian kalimat menurut para ahli.
§  Menurut Arifin dan Tasai (2003:58), kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
§  Menurut Widjono (2012:187), kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.
§  Menurut Cook (1971:39-40); Elson dan Picket (1969:82), dalam Tarigan (2009:6) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.

Kalimat menurut penulis: Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap.

2.2    Unsur-Unsur Kalimat
Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus memiliki unsur Subjek (S) dan Prediket (P).
2.2.1      Subjek (S)
(Widjono, 2012:188) subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan kalimat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.

Contoh: Sayasedang makan.
              Orang-Orang sedang demo kenaikan BBM.

2.2.2      Predikat (P)
(Alwi dkk, 2003:326)Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap, dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival.
Contoh: Ayahnya guru bahasa Inggris.
              Adiknya dua.

2.2.3      Objek (O)
(Alwi dkk, 2003:328) Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh: Adi mengunjungi Pak Rustam.
              Ibu mencuci baju.

2.2.4      Pelengkap (Pel)
(Alwi, dkk, 2003:329) Pelengkap berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Pelengkap berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir.
Contoh: Ibunya sakit kepala.
              Beliau senang bermain tenis.

2.2.5      Keterangan (Ket)
(Alwi, dkk, 2003:330) Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial.
Contoh: Dia memotong rambutnya di kamar.
              Dia mencuci piring di dapur.

2.3  Pola kalimat Dasar
Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun dengan pola yang mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur pembangin kalimat. Berikut merupakan pola kalimat dasar.
1)      Kalimat Berpola S P (P: Verba)
Kalimat berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa verba atau frasa verba.
Contoh: Dia sedang tidur.
              Vony sedang berolahraga.

2)      Kalimat Berpola S P (P: Nomina)
Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa nomina. Tetapi nomina predikat mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).
Contoh:Ayahnya guru bahasa Inggris.
              Mereka itu mahasiswa

3)      Kalimat Berpola S P (P: Adjektiva)
Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa adjektiva ( kata sifat).
Contoh: Gadis itu cantik.
              Sepatu itu mahal sekali.



4)      Kalimat Berpola S P Pel
Kalimat yang berpolakan S P Pel merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat, dan Pelengkap dimana subjek berupa nomina(kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan pelengkap berupa nomina (kata benda) atau adjektiva (kata sifat).
Contoh:Vony makan roti.
              Paman membuat lukisan.

5)   Kalimat Berpola S P O
Kalimat yang berpolakan S P O merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat, dan Objek dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan objek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal.
Contoh: Mereka menonton film.
              Pesawat itu menembus angkasa.

6)      Kalimat Berpola S P K
Kalimat yang berpolakan S P K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat, dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan keteranganberupa frasa berpreposisi.
Contoh:Dosen itu selalu ramah setiap hari.
            Mahasiswa IA sedang berdiskusi di kelas.

7)      Kalimat Berpola S P O K
Kalimat yang berpolakan S P O K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifat, objek berupa nomina atau frasa nominaldan keteranganberupa frasa berpreposisi.

Contoh: Ayah berangkat ke kantor setiap pagi.
              Vony memasak di dapur kemarin sore.

8)      Kalimat Berpola S P O Pel
Kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Subjek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal, predikat berupa verba, objek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal.
Contoh: Ibuku menggorengkan ayah ikan.
              Chervon membukakan ibunya pintu.

2.4  Jenis Kalimat

Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
2.3.1      Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas 2 macam yaitu:
1.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari atas satu klausa. Karena terdiri dari satu klausa yang unsurnya subjek dan predikat yang serba tunggal maka kalimat ini disebut kalimat tunggal. (Hasnah Faizah, 2009:74)
Berdasarkan jenis frasa pengisi predikatnya, kalimat tunggal dapat dibagi empat macam:
a.       Kalimat Nominal
(Ramlan, 2005:129) Kalimat nominalialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan nominal.
Contoh: 
-          Ia guru.
-          Dina dibelikan orang itu sepeda.


b.      Kalimat Adjektival
(Ramlan, 2005:132) Kalimat adjektival predikatnya terdiri dari kata golongan verbal yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri dari frasa golongan verbal yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-          Udaranya panas sekali.
-          Harga buku sangat mahal.
c.       Kalimat Verbal
(Ramlan, 2005:130) Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari kata frasa golongan verbal.
Contoh:
-          Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
-          Udaranya panas.
d.      Kalimat Numeral
(Ramlan, 2005:137) Kalimat numeral adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
-          Kerbau petani itu terdiri dari dua ekor.
-          Anaknyaduaorang.

2.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih klausa tunggal (Sri Hapsari Wijayanti dkk, 2013:63) Kalimat majemuk terbagi menjadi dua golongan yaitu:
a.       Kalimat Majemuk Setara
(Ida, 2006:37) Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan tidak kehilangan unsur-unsurnya. Biasanya dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan, atau, tetapi, dan sedangkan.


Contoh:
-          Vony ingin sekali menjadi guru matematika, tetapi dia kurang menyukai matematika.
-          Raja kuliah di UR, sedangkanRisma kuliah di UIR.
b.      Kalimat Majemuk Bertingkat
(Ida, 2006:61) Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Konjungsi subordinatif dapat menyatakan berbagai hubungan makna, yaitu hubungan waktu (sebelum, sejak, sewaktu, setelah), syarat (asalkan, jika, kalau), pengandaian (jangan-jangan, seandainya), tujuan (agar, biar, supaya), konsesif (walaupun, sekalipun, sungguhpun), pembandingan (alih-alih, daripada, ibarat, sebagaimana), sebab/alasan (karena, sebab), hasil/akibat (sampai-sampai, maka, sehingga), cara (dengan, tanpa), komplementasi (bahwa), atribut (yang), perbandingan (sama).
Contoh:
-          Daripada menganggur, Tessa membantu ibunya di toko.
-          Setelah memberikan pertunjukkan, Fitri juga menemui fansnya.
c.       Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
1)        Satu pola atasan dan dua polah bawahan
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar kota itu.
2)        Satu pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta kami agar kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama baik dan kedudukannya.
2.3.2      Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya
Kalimat menurut kelengkapan unsurnya dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Kalimat Lengkap (Mayor)
Kalimat lengkap adalah kalimat yang memiliki subjek dan predikat.
Contoh:
-          Ibu pergi.
-          Adik sedang belajar.
2.      Kalimat Tidak Lengkap (Minor)
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak memiliki salah satu unsur subjek atau predikatnya. Kalimat ini sering dipakai pada slogan, ucapan atau sapaan dan bahasa lisan.
Contoh:
-          Sampai jumpa lagi.
-          Selamat hari ulang tahun.


2.3.3      Jenis Kalimat Menurut Susunan Subjek Predikatnya
Kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang subjek mendahului predikat.
Contoh:
-          Agung berangkat ke Jakarta
-          Ibu menyiram bunga.
2.      Kalimat Invers
Kalimat invers adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Urutan ini digunakan untuk penegasan makna.


Contoh:
-          Bawa bibit itu kemari.
-          Disiramnya bunga itu.

2.3.4      Jenis Kalimat Menurut Fungsi Isinya
1.      Kalimat Berita (Deklaratif)
(Ramlan, 2005:27-28) Jika dilihat berdasarkan fungsinya, kalimat berita pada umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu informasi pada orang lain sehingga orang yang mendengar informasi tersebut .pun memberi tnggapan seperti misalnya berupa perhatian pada informasi tersebut. Umumnya kalimat berita disertai kontur intonasi akhir kalimat yang menurun. Dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti: apa, siapa, dimana, dan mengapa. Tetapi terdapat kata-kata ajakan seperti: mari dan ayo. Kata persilahkan seperti: silahkan dan dipersilahkan. Kata larangan seperti: jangan.
Contoh:
-          Menurut ilmu sosial konflik dapat terjadi karena penemuan-penemuan baru.
-          Belajarlah mereka dengan tekun.

2.      Kalimat Tanya (Introgratif)
(Ramlan, 2005:28-39) Jika ditinjau berdasarkan fungsinya, kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat tanya ini pola intonasinya berbeda dengan kalimat berita. Perbedaan utamanya terletak pada nada akhirnya. Kalimat berita bernada akhir turun sedangkan kalimat tanya berakhir nada naik.Kalimat tanya seringa menggunakan kata tanya, seperti apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamananya, kapan, bila, dan berapa.
a.       Contoh kata tanya apa.
Apa yang dibawa petani itu?
b.      Contoh kata tanya siapa.
Siapa yang menulis surat ini?
c.       Contoh kata tanya mengapa.
Mengapa anak-anak itu dipulangkan?
d.      Contoh kata tanya kenapa.
Kenapa Vony tidak pergi ke kampus?
e.       Contoh kata tanya bagaimana.
Bagaimana Chervon itu dapat lulus di Universitas tersebut?
f.       Contoh kata tanya di mana.
Pengusaha itu bertempat tinggal di mana?
g.      Contoh kata tanya bilamana, bila, dan kapan.
-          Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya?
-          Kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan?
-          Bila bapak guru akan pulang?
h.      Contoh kata tanya berapa.
Berapa harga buku tersebut?

3.      Kalimat Perintah (Imperatif)
(Ramlan, 2005:39-43) Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat perintah mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang lain. Berdasarkan struktur kalimat perintah dapat digolongkan menjadi.
a.       Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Hanya partikel lah yang dapat ditambahkan pada kata verbal itu guna menghaluskan perintah.
Contoh:
-          Tertawalah engkau sepuas-puasnya!
-          Berangkatlah sekarang juga!
b.      Kalimat persilakan yang ditandai oleh pola intonasi suruh, dan penambahan kata silahkan atau persilahkan yang diletakkan di awal kalimat.
Contoh:
-          Silahkan tuan mengambil buku sendiri!
-          Silahkan beristirahatlah!
c.       Kalimat ajakan yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh:
-          Ayo kita bermain sepak bola!
-          Marilah belajar ke perpustakaan pusat!
d.      Kalimat larangan, selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai dengan kata jangan atau dilarang di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan.
Contoh:
-          Janganlah suka menyakiti hati orang.
-          Dilarang membawa buku itu!

4.      Kalimat Seruan (Eksklamatif)
(Abdul Chaer, 2011:360)Kalimat seruan digunakan untuk menyatakan emosi atau perasaan batin yang biasanya terjadi secara tiba-tiba. Misalnya rasa terkejut, marah, kagum, gemas, kecewa, sedih, cemas, takut, tidak suka, benci, iba, dan sebagainya.
Contoh:
-          Betapa kecewanya aku!
-          Sungguh indahnya hari ini!

2.5    Kalimat Efektif

(Kunjana Rahardi,2009:129) Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca.
(Nursalim A.R,2011:40) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap pokok persoalan yang dibicarakan.
Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a.       Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
b.      Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Kalimat efektif menurut penulis: kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan  pikiran dan gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan menarik perhatian pembaca mengenai pokok pembicaraan.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan.
1.    Kesepadan Struktur
(Arifin dan Tasai, 2010:97) Kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti:
a)      Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
b)      Tidak terdapat subjek yang ganda.
c)      Kata penghubunga intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d)     Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a)      Kepadasemua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Salah)
b)      Semua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Benar)

2.    Keparalelan Bentuk
(Arifin dan Tasai, 2010:99) Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau  bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina. Kalau bengtuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh :
a)      Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan kenaikan secara luwes.
b)      Harga BBM minggu inisegera dibakukan dan dinaikkan secara luwes.

3.      Ketegasan Makna
(Arifin dan Tasai, 2010:100) Ketegasan makna adalah penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberika penekanan atau penegasan pada penonjolan tersebut. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:
a)      Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
b)      Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Sekali, dua kali, tiga kali, ia selalu membuat kekacauan.
c)      Melakukan pengulangan kata
Contoh:
Saya suka kecantikannya, saya suka kelembutannya, saya suka senyumnya.
d)     Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Novi itutidak cantik, tetapiberhati tulus.
e)      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4.      Kehematan Kata
(Arifin dan Tasai, 2010:101) Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.)    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
·         Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang. (Salah)
·         Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.(Benar)
b.)    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat (sejumlah perincian).
Contoh:
·         Di mana engkau menangkap burung merpati itu? (Salah)
·         Di mana engkau menangkap merpati itu?(Benar)
c.)    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
·         Sejak dari pagi dia bermenung.(Salah)
·         Sejak pagi dia bermenung. (Benar)
d.)   Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
·         Para hadirin(Salah)
·         hadirin(Benar)

5.      Kecermatan dan Kesantunan
(Arifin dan Tasai, 2010:103) Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilhan kata.
Contoh:
·         Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. (Salah)
·         Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.(Benar)

6.      Kepaduan Makna
(E.Zaenal Arifin, 2008:103) Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Contoh:
·         Kita harus memperhatikan daripada kehendak rakyat (Salah)
·         Kita harus memperhatikan kehendak rakyat (Benar)


Kesimpulan
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap. Kalimat yang jumlahnya banyak pada hakikatnya disusun dengan pola tertentu yang jumlahnya sedikit. Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus memiliki unsur Subjek (S) dan Prediket (P).Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun dengan pola yang mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur pembangin kalimat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan  pikiran dan gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan menarik perhatian pembaca mengenai pokok pembicaraan.Kalimat efektif juga mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. 2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. 


DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Faizah, Hasnah. 2008. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Cendikia Insani
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis Kompetensi. Pekanbaru: Zanafa Publishing
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Jakarta: Erlangga
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. KARYONO
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa
Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Microsoft Visual Basic